Menu

Senin, 27 Juni 2022

PANTUN

Beberapa hari ini adalah momen kebersamaan saya dengan anak sulung tercinta. Dikarenakan kami akan berpisah untuk sementara, dia akan melanjutkan pendidikan dengan kuliah di universitas Sriwijaya. Universitas Sriwijaya terletak di jalan Palembang -Prabumulih Indaralaya kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan.

Sehubungan dengan lokasinya yang berbeda propinsi dengan tempat tinggal kami sekarang, sehingga kami sekeluarga akan mengantarnya ke palembang. Rencana keberangkatan kami ke palembang menggunakan kendaraan pribadi. Tujuan menggunakan kendaraan pribadi adalah untuk mempermudah perjalanan selama di Palembang.

Demi kelancaran perjalanan jauh yang akan ditempuh, kendaraan tersebut harus diservis terlebih dahulu. Supaya dapat memperlancar perjalanan ke palembang. Berharap semoga tiada kendala selama dalam perjalanan pada kendaraan yang kami gunakan. Suami mengatakan kendaraan harus dibawa ke bengkel dan diservis terlebih dahulu. 

Sembari menunggu mobil diservis yang memakan waktu sekitar 45 menit saya melihat-lihat chat wa yang ada pada gawai. Selang berapa waktu kemudian saya mendapatkan chat dari teman lama semasa kuliah dulu. Sekarang ini beliau adalah seorang perwira polisi yang bertugas di Polda Sumatera Selatan.

Beliau meminta saya untuk membuatkan pantun dalam acara pernikahan. Ada rasa malu di dalam hati saya, karena merasa belum memiliki kemampuan lebih dalam berpantun. Saya mencoba berusaha untuk membantu teman tersebut dengan membuatkan pantun.

Alhamdulillah pengalaman belajar menulis bersama PGRI, membuat saya dapat mengetahui bagaimana cara membuat pantun yang sesuai dengan kaidahnya. Hal ini dapat saya buktikan dengan mengikuti jejak penulis hebat lainnya untuk bergabung membuat buku antologi pantun. 

Kepada teman yang meminta saya membuatkan pantun tersebut, dalam chat wa saya membagikan kaidah penulisan pantun yang saya dapatkan dari grup pantun. Saya berharap kita sama-sama belajar, sehingga dapat membuat pantun. Adapun tatacara menulis pantun adalah : 

Panduan membuat pantun :
1. 1 bait terdiri atas 4 baris.
2. 1 baris terdiri atas 8-12 suku kata.
3. Dalam membuat pantun, usahakan bersajak a-b-a-b.
4. Hindari penggunaan sajak a-a-a-a karena akan menjadi syair.
5. Akhir baris ke 1, 2, dan 3 diakhiri tanda koma. Sedangkan baris ke-4 diakhiri tanda titik.
6. Perhatikan konsistensi rima tengah dan rima akhir
7. Baris pertama dan kedua disebut sampiran
8. Baris ketiga dan keempat disebut isi

Contoh :
Kain ka *tun* berhias perma *ta*,
Jadikan keba *ya* jahitan sendi *ri*,
Mari berpan *tun* merangkai ka *ta*, 
Lestari buda*ya* majulah nege *ri*.

Dalam chat berikutnya, dia meminta saya saja yang membuatkan pantunnya. Saya mencoba membantu teman untuk membuat pantun yang sesuai dengan permintaannya. Pantun yang diminta itu berisi tentang kata sambutan dari mempelai wanita. Dengan seksama saya berusaha mencoba membantu temen tersebut dengan membuatkan pantun. 

Saya mencoba membantu teman lama semasa kuliah dulu. Sekarang beliau adalah seorang perwira polisi yang bertugas di Polda Sumatera Selatan. Walaupun sebelumnya saat kuliah mengambil jurusan fakultas keguruan ilmu kependidikan. Kemudian dia melanjutkan pendidikan perwira setelah lulus mengikuti tes Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS).

Sambil menunggu mobil diservis saya memanfaatkan waktu untuk mencoba membuat beberapa pantun sesuai dengan sesuai dengan permintaan teman tersebut. Setelah mencoba beberapa saat pantun pertama selesai kemudian saya kirimkan kepada teman melalui chat wa. Dalam pantun pertama mendapat respon baik, kemudian dia memberikan penjelasan bahwa dia akan memberikan kata sambutan dari pihak mempelai wanita. 

Setelah itu saya memikirkan sesuatu, kemudian berusaha membuat kembali pantun yang kedua setelah itu lanjut sampai ke pantun kelima. Meskipun ada rasa malu karena saya merasa belum mahir membuat pantun. Alhamdulillah saya sudah membuat buku antologi pantun bersama mas miftah dan bu  kanjeng selama mengikuti pelatihan belajar menulis bersama PGRI. 

Dengan ilmu yang didapatkan saya mencoba untuk mengikuti bagaimana cara membuat pantun yang sesuai dengan aturan yang telah ada. Saat di sekolah saya dapat berkonsultasi dengan teman yang memiliki kemampuan dalam membuat pantun karena dia sudah mendahului saya dalam mengikuti gelombang belajar menulis bersama PGRI.  Ayuk derliana begitu sapaannya. Apabila ada sesuatu yang akan ditanyakan mengenai pantun maka kami dapat berkonsultasi atau bertukar pikiran mengenai pantun.

Saya juga bergabung dalam grup pantun yang diprakarsai oleh mas Miftah. Banyak ilmu yang saya dapatkan dari belajar menulis bersama PGRI, sehingga saya dapat membuat pantun, puisi, menulis cerpen sehingga ada beberapa buku antalogi yang telah kami hasilkan. 

Setelah mengikuti pelatihan belajar menulis bersama PGRI juga, saya memberanikan diri untuk membuat buku solo dari hasil resume yang didapatkan selama belajar menulis. 

Memang benar pepatah mengatakan "ala bisa karena biasa" sehingga dapat kita dipraktekkan dalam kemampuan menulis. Apabila kita biasa menulis maka akan ada hasil yang dapat kita peroleh. Menulis adalah suatu kebiasaan yang baik yang harus kita tekuni, sehingga kita dapat melihat hasil dari apa yang telah kita lakukan. Dengan menulis setiap hari maka kita akan terbiasa, sehingga kita juga dapat menghasilkan suatu karya yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain.

Adapun pantun yang telah saya coba untuk membuatnya adalah :
1. Makan sop iga di kertapati,
Campur gulai makan bersama Sophia,
Kami sekeluarga sudah menanti,
Kedatangan mempelai membuat bahagia.
2. Melihat penjaga di dalam kereta,
Ramai penumpangnya di Kramat jati,
Kami keluarga mempelai wanita,
Menunggu datangnya Abang si jantung hati.
3. Bunga setaman indah melambai,
Dipelaminan jadi terlihat mewah,
Kami ucapkan untuk kedua mempelai,
Semoga menjadi keluarga sakinah.
4. Membeli kerupuk di pasar sungki,
Beli ikan tri di pasar Ilir barat,
Pesan untuk mempelai laki-laki,
Bimbing istri bahagia dunia akhirat.
5. Pesta meriah ditambah hiasan rumah,
Disusun gelas di atas mejanya,
Hidup berumah tangga tidaklah mudah,
Iman, ikhlas dan sabar itu kuncinya.

Saya berharap dengan menulis saya dapat memberikan manfaat kepada semua orang. Sehingga saya dapat dikenang orang dimasa yang akan datang.

2 komentar:

  1. Kereen. Btw saya kan lagi beljar pantun nih. Wah bisa jadi acuan nih

    BalasHapus