Menu

Senin, 15 November 2021

Menulis Dikala Sakit


Judul : Pelatihan Belajar Menulis PGRI
Tanggal : 15 November 2021
Resume : 19
Gelombang : 21
Tema : Menulis Dikala Sakit
Narasumber : Suharto, S.Ag, M.Pd

Malam... Indah, angin berhembus lembut, sadarkan saya saat sejenak tubuh selonjoran selesai menyantap menu berbuka puasa. Hem... saya raih gawai manis yang terletak santun di atas meja.., sekelebat raut muka sedikit terperangah, setelah membaca puisi sang pujangga dengan berbagai karya yang memanjakan gelora bila membacanya... 
*WS RENDRA*
Kelahiran SURAKARTA 1935
Mennggal di DEPOK. 2009     

Puisi terakhir WS Rendra 
di buat sesaat sebelum dia wafat

Hidup itu seperti *UAP*, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !! 
Ketika Orang memuji *MILIKKU*,
aku berkata bahwa ini *HANYA TITIPAN* saja.

Bahwa mobilku adalah titipan- *NYA,*
Bahwa rumahku adalah titipan- *NYA,*
Bahwa hartaku adalah titipan- *NYA,*
Bahwa putra-putriku hanyalah titipan- *NYA* ...

Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,
*MENGAPA DIA* menitipkannya kepadaku?
*UNTUK APA DIA* menitipkan semuanya kepadaku.

Dan kalau bukan milikku, 
apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik- *NYA* ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh- *NYA* ?

Malahan ketika diminta kembali,
_kusebut itu_ *MUSIBAH,*
_kusebut itu_ *UJIAN*,
_kusebut itu_ *PETAKA*,
_kusebut itu apa saja ..._
Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah *DERITA*....

Ketika aku berdoa, 
kuminta titipan yang cocok dengan
*KEBUTUHAN DUNIAWI*,
_Aku ingin lebih banyak_ *HARTA*,
_Aku ingin lebih banyak_ *MOBIL*,
_Aku ingin lebih banyak_ *RUMAH*,
_Aku ingin lebih banyak_ *POPULARITAS*,

_Dan kutolak_ *SAKIT*,
_Kutolak *KEMISKINAN*,_
Seolah semua *DERITA* adalah hukuman bagiku.

Seolah *KEADILAN* dan *KASIH-NYA*,  
harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku. 

Aku rajin beribadah, 
maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku ...

Betapa curangnya aku,
Kuperlakukan *DIA* seolah _Mitra Dagang_ ku 
dan bukan sebagai *Kekasih !*

Kuminta *DIA* membalas _perlakuan baikku_ 
dan menolak keputusan- *NYA* yang tidak sesuai dengan keinginanku ...

Padahal setiap hari kuucapkan,
_*"Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU"*_

Mulai hari ini, 
ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan 
dan menjadi bijaksana, 
mau menuruti kehendakMU saja ya *ALLAH* ...

Sebab aku yakin....
*ENGKAU* akan memberikan anugerah dalam hidupku ...
*KEHENDAKMU* adalah yang ter *BAIK* bagiku ..

Ketika aku ingin hidup *KAYA*, 
aku lupa, 
bahwa *HIDUP* itu sendiri 
adalah sebuah *KEKAYAAN*.

Ketika aku berat utk *MEMBERI*,
aku lupa, 
bahwa *SEMUA* yang aku miliki
juga adalah *PEMBERIAN*.

Ketika aku ingin jadi yang *TERKUAT*, 
....aku lupa, 
bahwa dalam *KELEMAHAN*,
Tuhan memberikan aku *KEKUATAN*.

Ketika aku takut *Rugi*, 
Aku lupa,
bahwa *HIDUPKU* adalah 
sebuah *KEBERUNTUNGAN*,
kerana *AnugerahNYA.*

Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu *BERSYUKUR* kepada *NYA*

Bukan karena hari ini *INDAH* kita *BAHAGIA*. 
Tetapi karena kita *BAHAGIA*,
maka hari ini menjadi *INDAH*.

Bukan karena tak ada *RINTANGAN* kita menjadi *OPTIMIS*. 
Tetapi karena kita optimis, *RINTANGAN* akan menjadi tak terasa.

Bukan karena *MUDAH* kita *YAKIN BISA*. 
Tetapi karena kita *YAKIN BISA*.!
semuanya menjadi *MUDAH*.

Bukan karena semua *BAIK* kita *TERSENYUM*. 
Tetapi karena kita *TERSENYUM*, maka semua menjadi *BAIK*,

Tak ada hari yang *MENYULITKAN* kita, kecuali kita *SENDIRI* yang membuat *SULIT*.

Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar, 
cukuplah menjadi *JALAN SETAPAK* 
yang dapat dilalui orang,

Bila kita tidak dapat menjadi matahari, 
cukuplah menjadi *LENTERA* 
yang dapat menerangi sekitar kita,

Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang, 
maka *BERDOALAH* untuk
kebaikan.

Sampai selesai saya membaca syair puisi ini, Ya Allah tersadar  sesaat.. apalah arti diri ini, semua hanya titipan, dan hidup hanya sementara. Mengalir lah.. bulir bening ke pipi, rasa menyesali diri banyak hal yang telah saya sia- sia kan.

Berlanjut dengan pembelajaran malam ini, dengan sedikit lembab pipi dibasahi air mata, pemateri malam ini adalah Bapak Suharto, S.Ag, M.Pd dengan moderator Bu Shima ketua kelas dalam gelombang 21, materi yang dibahas adalah Menulis Dikala Sakit. Mengawali pembelajaran malam ini Bu Shima memperkenalkan Bapak Suharto dengan panggilan akrab Cing Ato, saat itu masih bertanya apakah Cing Ayo menulis dalam keadaan sakit flu yang beberapa hari sembuh dan pulih kembali, atau sedang batuk sehingga menulisnya sedikit terganggu.... Ternyata Ya Allah.. saat saya menonton video YouTube yang dibagikan..., berkaca kaca kembali mata saya.., rasanya malu di dalam hati ini dengan semangat Cing Ayo..ingin teriak rasanya.. untuk sadarkan diri saya.., kemana saya selama ini. Dengan semangat yang pantang menyerah dalam kondisi sakit, beliau masih ingin selalu berkarya dan menghasilkan buku-buku hebat. Maluuuu... teriak saya di dalam hati.. MasyaAllah.. dengan kuasa Allah, Cing Ato selalu optimis dan menghasilkan karya yang luar biasa. Saya sungguh kagum dengan Cing Ato dan semua karya-karya yang di hasilkannya. 


Cing Ato seorang tenaga pengajar di MTS 5 Jakarta, sangat memiliki dedikasi yang tinggi ditengah puncak karirnya, cobaan yang Ia rasakan diterima dengan ikhlas tanpa mengurangi semangat nya dalam menulis. Berikutnya beliau membuat buku selanjutnya dengan bantuan pelukis, dilukislah buku karyanya kemudian dibingkai, nampak indah dan sungguh membanggakan.
Pembelajaran malam ini menurut saya rasanya seperti wisata kalbu yang sangat memberikan arti dan nilai yang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan saya. Apalah arti diri ini...? Allah memang telah menjadi sutradara ulung dalam kehidupan manusia, asalkan kita selalu mensyukuri segala apa ketetapan Allah. 


Menurut Cing Ato, ada kalimat inspiratif yang menjadi kartu nama beliau "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi" yang memotivasi beliau untuk selalu menulis. kemudian dibuat turunannya "Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi". Dalam hati kenapa saya tidak menulis sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak. Akhirnya saya menulis apa yang pernah saya baca, lihat, dan saya dengar. Karena saya senang dengan motivasi, maka saya hampir setiap hari menulis artikel sederhana tentang motivasi hidup. Di samping juga menulis tentang apa yang sedang terjadi pada diri saya. Saking asyiknya menulis hingga lupa bahwa diri ini sedang sakit tahunan, tetiba secara perlahan, tapi pasti ada progres yang menggembirakan, tubuh ini mulai bergerak satu persatu. Allahu Akbar..... 


Banyak respon positif berdatangan, hingga banyak yang membaca bahkan selalu menunggu tulisan berikutnya. Saya pun tambah semangat. Sehingga tidak tidur sebelum ketemu bahan untuk ditulis besok. Setiap habis salat subuh hingga jam 7 saya menulis. Menulis sambil rebahan di atas kasur. Setelah saya bisa duduk baru saya menulis di atas roda. Saya menulis di mana saja. Terkadang di atas kasur, di luar rumah ketika menjemur badan, di mobil sambil menikmati macatnya arus lalulintas, di rumah sakit sambil nunggu panggilan dokter. Ya, pokoknya di mana saja ada di situlah saya menulis. Bahkan ketika sedang terapi pun saya suka menulis. MasyaAllah.. bila Allah berkehendak semua akan terjadi sesuai dengan kehendak Nya.


Melanjutkan dari cerita Cing Ato, di tengah perjalanan ada sahabat (Om Jay) yang beliau kenal menghubunginya lewat WhatsApp dan vicol. Beliau mengajak saya untuk ikut pelatihan menulis. Walau dalam serba keterbatasan dan leher masih memakai alat trakeastomi dan hidung masih memakai NGT untuk selang makan. Saya menyatakan ikut. Kalau lelah dan pusing saya tidak ikut, tapi materinya saya simpan diaplikasi catatan.
Aplikasi catatan yang ada di HP itu tempat saya menulis setelah itu baru saya share ke blog dan Facebook. Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi.

Turunan kalimat dari Om Jay ini mujarab.
Kalimat ini sebagai penyemangat beliau, sekaligus beliau pun ingin membangkitkan dan mengajak teman untuk menulis. 
Walau terkadang dinyinyir beliu tetap maju pantang surut ke belakang. Karena beliau ingat pesan Om Dedi "Ingat apa yang menurut kita bagus belum tentu orang lain menerima" artinya terus berjuang. Apa yang terjadi akhirnya teman beliau satu persatu mengikutinya dan mereka sudah mempunyai karya, bahkan murid beliau pun mengikuti dan sudah menghasilkan karya. Begitu juga teman-teman di medsos, mereka menulis karena terinspirasi dari saya. Eh, jadi haru... Mendengar cerita Cing Ato sangat menginspirasi saya, untuk selalu bersemangat dalam menulis.

Ini merupakan bukti penyerahan buku, jam 13.20 beliau serahkan 12 buku dengan 6 judul.. sengaja beliau berikan ketika rapat, agar teman-teman termotivasi dan keluar dari zona nyaman. Sungguh Cing Ato adalah seorang motivator bagi semua orang. Dari sinilah lahir buku demi buku secara estapet. Sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya. Kemustahilan versus realita berwujud keniscayaan. Kalau kita ingin belajar, belajar, dan belajar pasti kita bisa. Lelah pasti ada apalagi dalam kondisi serba keterbatasan, memegang buku saja susah, begitu juga membuka buku. Dengan bantuan istri, anak, dan asisten rumah tangga, beliau bisa membaca buku untuk memperkaya tulisan saya. Ya, menulis itu identik dengan membaca. Jangan berpikir menjadi penulis kalau malas baca. Kemudian beliau memcoba untuk membuka laptop walau berat jari ini untuk menekan hurup dan angka, tapi beliau paksakan hingga tanpa sadar sebagai media terapi saya jari akhirnya kuat menekan huruf-huruf. Kemudian beliau pindahkan tulisan yang ada di blog dan Facebook ke laptop. Di kelompokkan sesuai tema yang saya inginkan. Lalu di edit hingga menjadi sebuah buku. Untuk mempertajam tulisan beliau berguru dengan pak Akbar zaenudin penulis buku best seller Man Jadda wa Wajada. Jadilah sebuah buku motivasi. Inilah karya tulis  Cing Ato yang begitu menginspirasi :
1. Mengejar Azan (2018)
Setelah sakit
2. GBS Menyerangku (2020)
3. Menuju Pribadi Unggul (2020)
4. Belajar Tak Bertepi (2021)
5. Kisah inspiratif Seni Mendidik Diri (2021)
6.Aisyeh Menunggu Cinte (2021)
7. Menepis Kesulitan Belajar (2021)

Masih dalam proses
1. Kado Spesial Sang Bintang
2. Lentera Ramadan
3. Cing Ato Berpantun
4. Cing Ato Berpuisi
5. Menulis di Kala Sakit

Masih dalam ide
1. Menyongsong pendidikan abad 21
2. Guru Berkharisma
3. Belajar Fikih ( buku pelajaran)
4. Dll.....

Beliau pun mulai belajar menulis puisi, pantun, dan cara membuat cover. Insyaallah, akan mempelajari bagaimana cara layout buku. Pada saatnya nanti beliau berkeinginan bisa menulis, membuat cover, membuat layout sendiri, dan terakhir jadi penerbit. Ternyata menulis dikala sakit, banyak yang merespon. Banyak teman guru baik di dunia nyata maupun Maya. Melontarkan kalimat-kalimat sanjungan." Bapak merupakan motivator saya" " bapak guru inspiratif" " saya malu pada diri saya bapak yang sakit saja bisa berkarya, sementara saya tidak". Itulah di antara kalimat yang terlontar dari para sahabat.

Kemudian Cing Ato melanjutkan ceritanya, datang dari Om Jay. Saya liat nama saya ada urutan daftar narasumber, tapi terutulis Cang Ato bukan Suharto. Akhirnya saya cuekin saja. Eh, sudah mendekati waktunya baru saya dihubungi oleh bunda Aam Nurhasanah. Tanpa pikir panjang saya sanggupin saja. Jadilah beliau mengisi pada pelatihan menulis gelombang 17. Eh, ternyata dipanggil lagi pada gelombang 18 ini. Eh, dipanggil lagi pada gelombang 21 dan 22 ini.

Terharu bercampur bangga dan salut yang luar biasa pada Cing Ato. Sungguh motivator sejati yang pantas disematkan kepada beliau. Andai masih kurang dua pulu jari untuk ungkapkan rasa salut saya kepada beliau, saya akan meminjam jari orang lain untuk mengungkapkan rasa itu. Terima kasih Cing Ato, atas semua ilmu dan motivasi yang diberikan. andai ada kesempatan dan waktu saya ingin berhadapan langsung dengan sang motivator sejati.

14 komentar: