Menu

Selasa, 21 Juni 2022

CERITA KU

Menjelang usia empat puluh dua tahun yang lalu, tepat pada tanggal saya dilahirkan, yaitu bertepatan dengan hari Kamis 20 November 1980 atau 13 Muharram 1401 tahun Hijriah. Saya dilahirkan di kota Pangkalpinang, kepulauan Bangka Belitung.

Menurut cerita yang saya dengarkan dari ibu sebagai wanita yang telah memiliki jasa terbesar dalam kehidupan saya, proses kelahiran saya dibantu oleh seorang bidan yang bernama Anggraini. 

Kelahiran saya disambut bahagia oleh kedua orang tua dan kedua saudara saya yaitu Kak Usi dan Bang Dedi, pada saat itu mereka masih berusia balita. Jarak usia saya dengan Kak Usi terhitung 5 tahun dan pada bang Dedi perbedaannya 3 tahun.

Ibu pernah bercerita pada saat memberikan nama saya, beliau terkenang dengan sosok seorang artis terkenal, pemain film yang membintangi banyak judul film yang bernama Suzanna, sehingga ibu berkeinginan supaya anaknya dapat menjadi wanita yang cantik seperti artis pujaannya. Untuk nama belakang saya, ibu mengambil nama dari bidan yang membantu proses kelahiran saya. 

Dengan perumpamaan seperti bunga anggrek yang mampu bertahan hidup lama di tanah yang tidak sulit perawatannya. Harapan ibu, supaya saya dapat selalu tangguh dan kuat menghadapi segala macam cobaan yang akan diterima dalam menjalani kehidupan ini.

Semasa kecil menurut cerita ibu, di saat berusia 2 tahun saya pernah ditinggalkan ibu untuk mengikuti Penataran di Bogor. Sehingga saya terpisah dengan ibu selama 2 bulan. Saya dan kakak serta abang diasuh ayah yang saat itu berperan ganda selain mengurusi anak-anaknya ayah juga harus bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. 

Pada suatu hari di saat ayah mengantarkan surat pada sebuah kantor yang berada di daerah perkampungan yang letaknya lumayan jauh dari kota kelahiranku terdengar kabar bahwa ayah mengalami kecelakaan. Cidera yang dirasakan ayah akibat dari kecelakaan adalah mengalami patah tulang kaki tepatnya di bagian paha kanan. Oleh masyarakat sekitar ayah dibawa dan dirawat ke tukang urut patah tulang yang berada di daerah itu. 

Saat itu ibu masih berada ada di luar daerah mengikuti pedataran sampai selesai kegiatannya. Berhubung saat itu komunikasi belum canggih seperti sekarang, sehingga tidak bisa memberi kabar berita kepada ibu yang berada jauh di kota Bogor. 

Saya serta abang dan kakak saya terpaksa harus berpisah karena kami masing-masing diasuh dan dirawat oleh tetangga yang berbeda tempat. Kurang lebih berapa minggu kami hidup menumpang di rumah tetangga yang baik dengan penuh keikhlasan mau merawat kami bertiga.

Setelah beberapa minggu kemudian ibu pulang dari penataran dengan perasaan senang hati karena akan berjumpa dengan keluarga yang sudah terpisah selama dua bulan. Ibu membawa banyak oleh-oleh untuk kami sebagai ungkapan rasa sayang dan cinta kepada anak-anak yang ditinggalkannya. Sesampai dirumah tempat tinggal kami, sedikit terkejut saat melihat rumah kosong, tidak ada suami dan anak-anaknya. Tak lama kemudian datang lah tetangga yang menceritakan bahwa telah terjadi peristiwa kecelakaan yang dialami ayah saya, sehingga anak-anaknya diasuh oleh tetangga-tetangga di sekitar rumah.

Betapa hancur dan sedihnya perasaan ibu saat itu. Segera ibu mendatang rumah tetangga yang telah mengasuh anak-anaknya, kemudian satu persatu kami dibawa pulang ke rumah dan kami dapat berkumpul kembali di rumah. Kecuali ayah saat itu masih berada di rumah tukang urut patah yang mengobati ayah sampai membaik. 

Cerita ibu masih berlanjut saat sebelum ibu pergi ke berangkat ke Bogor untuk mengikuti Penataran saya saat itu sudah pandai berjalan. Tetapi saat kepulangan ibu kondisi saya dalam keadaan sakit sehingga saya tidak dapat berjalan seperti sebelumnya. Kondisi Kakak dan abang terlihat kurus karena jauh dari ayah dan ibu yang biasa menjaga dan merawat kami.

Setelah kejadian itu untuk sementara waktu ibu tidak menerima tawaran untuk mengikuti penataran di luar daerah. Setelah kondisi berangsur pulih dan membaik ibu menjemput ayah ke tempat ayah diobati. Kedatangan ayah saat itu membuat hati kami bahagia karena kami dapat berkumpul lagi menjadi satu keluarga yang utuh.

8 komentar: