Menu

Senin, 13 Juni 2022

DURIAN

Bulan ini merupakan suatu keberkahan yang Allah berikan bagi kami sekeluarga. Rezeki bertambah di tengah cuaca ekstrim yang melanda. Banyak rezeki yang Allah limpahkan kepada kami semua. Nikmat sehat, kemudahan dalam segala urusan, ketenangan lahir dan batin, serta rezeki buah durian di kebun. Buah durian di kebun sekarang ini terjual dan langsung diborong tengkulak, jadi kami tidak lagi menunggu durian jatuh di kebun.

Alhamdulillah saya haturkan rasa terima kasih kepada Allah yang Maha Kuasa akan nikmat buah durian yang telah diberikan. Suami memiliki kebun di desa Air Mesu kabupaten Bangka tengah yang telah dibeli sejak tahun 2017. Lokasinya tidak begitu jauh dari rumah kediaman kami. Sekitar 15 sampai 25 menit bila ditempuh dengan sepeda motor. Kebun yang kami beli sudah ditanami batang durian oleh penjualnya sekitar 30 batang dengan ukuran yang cukup besar dan sudah menghasilkan buah.

Cerita pada waktu itu selang beberapa bulan setelah membeli kebun durian ini, Alhamdulillah kami sudah bisa menikmati buah durian. Dengan pohon durian yang ada di kebun lebih dari satu, sehingga buah yang dihasilkan juga memiliki rasa yang berbeda. Ada yang rasanya manis legit, manis pahit, bahkan ada yang rasanya manis lemak seperti susu. 

Durian adalah buah kesukaan anak saya yang bungsu. Apabila dia sudah makan durian rasanya tidak mau berhenti sebelum buahnya habis. Senang rasanya bila melihat anak-anak saat makan durian dengan penuh kebahagiaan. Rasa durian yang manis mewarnai tawa canda mereka saat menikmatinya. Rasa syukur saya dan suami dapat membahagiakan keluarga dengan membeli kebun durian.
Saat panen buah durian banyak, selain hasilnya dijual juga dapat kami berbagi pada sanak saudara. Dengan buah durian yang ada di kebun, dapat menambah rasa persaudaraan dan selalu menjalin silaturahmi bersama keluarga. Silaturahmi dapat menambah keberkahan dan rezeki dari Allah.

Menikmati rasa buah durian yang enak perlu perjuangan, dan tidak semudah pemikiran kita. Dikarenakan buah durian yang bagus dan masak saat dimakan harus jatuh dari pohonnya, bukan sengaja dipetik dari pohon. Sebagai petani durian harus sampai bermalam di kebun menunggu buah durian jatuh. Buah durian sering jatuh pada malam hari, sehingga membuat kita bergadang menunggunya. Apabila tidak ditunggu durian yang jatuh akan hilang diambil orang.

Teringat cerita beberapa tahun yang lalu, dikarenakan Abang ipar yang biasa menunggu durian sedang sakit, jadi saya dan suami yang menunggu durian jatuh di kebun. Saat malam suasana di kebun begitu sepi dan gelap. Hanya terdengar suara jangkrik dan sesekali ada suara motor tengkulak duren yang masuk ke daerah kebun. Dengan suasana sunyi ini sangat jelas terdengar apabila ada durian yang jatuh dari pohon.

Setelah sholat Isya, saya dan suami duduk di dalam pondok kebun sambil berbincang santai, tak terasa sudah larut malam dan mata saya sudah mulai mengantuk. Saat hendak merebahkan badan di lantai pondok yang beralaskan kasur tipis, terdengar suara.. "bug... bug... bug" tiga kali berturut-turut. "Durian jatuh yah" bisikku pada suami. Dengan sigap suami membawa senter dan mencari arah jatuhnya buah durian. Alhamdulillah, tidak berapa lama suami datang ke pondok dan membawa tiga buah durian yang ukurannya cukup besar.

Selang beberapa waktu, saya sudah terlelap tidur. Sementara suami masih berjaga-jaga menunggu jatuh buah durian berikutnya. Tak terasa saya terlelap tidur sampai menjelang subuh dan terbangun pukul 04.00 karena terdengar suara motor yang berhenti di depan pondok. Dari luar pondok terdengar suara memanggil, "Pak.. pak.. ada duren pak", ternyata seorang tengkulak durian ingin membeli hasil tungguan kami semalam.

Segera suami saya membuka pintu pondok dan menemui orang tersebut. Setelah transaksi durian yang berjumlah sepuluh butir yang jatuh semalam dihargai 180 ribu. Tak lama saya keluar pondok dan bertanya berapa duriannya dibeli, "180 ribu" kata suami ku. "Kak, 200 ribu lah harganya, karena yang nungguin durian malam ini bapak dan ibu guru", kata saya sambil tersenyum. Setelah sedikit menawar dan akhirnya tengkulak pun menyetujui harga durian 200 ribu.

Dengan wajah berseri menjelang hari terang saya dan suami pulang ke rumah untuk berkumpul bersama anak-anak. Syukurnya kondisi Abang ipar sudah membaik, akhirnya beliau yang melanjutkan menunggu durian jatuh di kebun. Rasa syukur selalu kami panjatkan kepada Allah atas segala rezeki yang telah dilimpahkan kepada hamba.



16 komentar:

  1. Terbayang serunya menunggu durian runtuh. Rasa durian Bu Susan memang mak nyos. Hmm ... tahun ini belum sempat mencicipinya lagi, ternyata sudah diborong habis oleh tengkulak. Semoga hasil penjualan durian Bu Susan berkah. Aamiin.

    BalasHapus
  2. Aamiin.... Terima kasih Bu Ros...., Nnti di musim yang akan datang ya kita icip icip durennya...

    BalasHapus
  3. Ibu kapan ya kebagian duriannya ma Davina ? ,🙈

    BalasHapus
  4. Ceritanya menarik,,bicara durian saya paling g bisa makan bu

    BalasHapus
  5. Baru tahu..profesi yang nunggui duren bisa mendongkrak harga durian...duren..duren...buahmu cantik dengan rasa yang selalu buat penasaran...

    BalasHapus
  6. Pengeeen buu, sungguh.. Buah kesukaan aku bu.. Haha

    BalasHapus
  7. He...he... Suatu hari nanti ya....

    BalasHapus
  8. Jangan lupa kirim duriannya ke lebak banten yaaa😀

    BalasHapus
  9. Duren itu ,enak Bu kalau di tempatnya buah nya atau di pakai kopi tanpa gula ,mantap

    BalasHapus
  10. Senangnya punya kebun durian. Mpe ditunggu juga. Sebuah perjuangan. Wah kok murah banget Bu. Di tempat saya satu mpe 50 -70 ribu lho

    BalasHapus